Minggu, 06 November 2011

PERSYARATAN PENGAJUAN KREDIT SIMPAN PINJAM

PERSYARATAN PENGAJUAN KREDIT SIMPAN PINJAM
A. PERSYARATAN KREDIT SAAT DIAJUKAN
1. Telah menjadi anggota PKPRI/GKPRI setempat
2. Telah berbentuk badan hukum koperasi serta beroperasinal minimal 2 tahun
3. Buku laporan RAT dua tahun terakhir dan Laporan neraca dan sisa hasil usaha (SHU)
posisi bulan berjalan.
4. Referensi dari PKPRI tingkat II atau tingkat I disesuaikan dengan jenjang organisasi
5. Fotocopy akta pendirian dan akta perubahan serta SK pengesahan sebagai badan hukum
6. Fotocopy NPWP Koperasi
7. Fotocopy KTP yang masih berlaku atas nama seluruh Pengurus dan Badan Pengawas
B. PERSYARATAN SEBELUM AKAD DAN SEBELUM PENCAIRAN KREDIT
1. Membuka rekening Tabungan Koperasi (TAKOP) atas nama KPRI sebesar 5% dari plafond yang
disetujui bank
C. SETELAH DANA DICAIRKAN
1. Mengirimkan copy/rekapitulasi bukti penyaluran pinjaman ke anggota. (untuk pihak asuransi)
2. Mengirimkan buku RAT setiap tahun
D. KETENTUAN
1. Provisi 1 %
2. Biaya administrasi (Rp. 90.000,- per tahun):
3. Asuransi Jiwa Kredit anggota peminjam gratis
4. Suku bunga disesuaikan dengan ketentuan bank
5. Jangka waktu kredit 1- 5 tahun
REFERENSI
WWW.GOOGLE.COM

PUISI


Kalian sahabat

Sahabat . .
Tak kan melukai . .
Sahabat . .
Tak kan meninggalkan . .
Sahabat . .
Tak kan melupakan . .
Sahabat . .
Tak kan mengabaikan . .
Sahabat . .
Tidak membiarkan kita duduk sendiri . .
Sahabat . .
Selalu memberi senyum ketulusan . .
Sahabat . .
Selalu menasehati . .
Sahabat . .
Selalu berkata jujur . .
Sahabat . .
Di ibarat kan lingkaran yang tak berujung . .
Dan kalian . .
Adalah sahabat . .
Puisi ini karya : deonk


Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2011/11/kalian-sahabat.html#ixzz1cwEkjwxa
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya. 
Majas

A. Majas/ Gaya Bahasa
Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik.
Gaya bahasa dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Gaya bahasa perulangan
2. Gaya bahasa perbandingan
3. Gaya bahasa pertentangan
4. Gaya bahasa pertautan

1. Gaya Bahasa Perulangan
A. Aliterasi
Aliterasi ialah sejenis gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya terjadi pada puisi.
Contoh: Kau keraskan kalbunya
Bagai batu membesi benar
Timbul telangkai bertongkat urat
Ditunjang pengacara petah pasih
B. Asonansi
Asonansi ialah sejenis gaya bahasa refetisi yang berjudul perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan.
Contoh: Segala ada menekan dada
Mati api di dalam hati
Harum sekuntum bunga rahasia
Dengan hitam kelam
C. Antanaklasis
Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung perulangan kata dengan makna berbeda.
Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang.
D. Kiasmus
Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.
E. Epizeukis
Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
Contoh: Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat.
F. Tautotes
Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa pengulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi.
Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.
G. Anafora
Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat.
Contoh: Kucari kau dalam toko-toko.
Kucari kau karena cemas karena sayang.
Kucari kau karena sayang karena bimbang.
Kucari kau karena kaya mesti diganyang.
H. Epistrofa (efifora)
Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada akhir baris atau kalimat berurutan.
Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur.
Aku mencercah daging ketika kau tidur.
I. Simploke
Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris (kalimat secara berturut-turut).
Contoh: Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.
Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah.
Ada selusin barang lain ditumpuk ke atas. Tak pecah.
J. Mesodiplosis
Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.
Contoh: Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.
K. Epanalepsis
Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada akhir baris, klausa, atau kalimat.
Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya.
L. Anadiplosis
Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama pada klausa atau kalimat berikutnya.
Contoh: Dalam raga ada darah
Dalam darah ada tenaga
Dalam tenaga ada daya
Dalam daya ada segalanya

2. Gaya Bahasa Perbandingan
1. Perumpamaan
Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa.
Contoh: Seperti air dengan minyak.
1. Metafora
Metafora ialah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara implisit.
Contoh: Aku adalah angin yang kembara.
1. Personifikasi
Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak.
Contoh: Bunga ros menjaga dirinya dengan duri.
1. Depersonifikasi
Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Biasanya memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila, seandainya, seumpama.
Contoh: Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.
1. Alegori
Alegori ialah gaya bahasa yang menggunakan lambang-lambang yang termasuk dalam alegon antara lain:
Fabel, contoh: Kancil dan Buaya
Parabel, contoh: Cerita Adam dan Hawa
1. Antitesis
Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan.
Contoh: Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian.
1. Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang sebesarnya tidak perlu. Contoh: Capek mulut saya berbicara.
Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frase yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu. Contoh: Apa maksud dan tujuannya datang ke mari?
1. Perifrasis
Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.
Contoh: Wita telah menyelesaikan sekolahnya tahun 1988 (lulus).
1. Antisipasi (prolepsis)
Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya menggunakan frase pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi.
Contoh: Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala kemenangan.
1. Koreksio (epanortosis)
Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya mula-mula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki yang mana yang salah.
Contoh: Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!

3. Gaya Bahasa Pertentangan
1. Hiperbola
Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh: Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.
1. Litotes
Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu.
1. Ironi
Ironi ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Bagus benar rapormu Bar, banyak merahnya.
1. Oksimoron
Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama.
Contoh: Olahraga mendaki gunung memang menarik walupun sangat membahayakan.
1. Paronomosia
Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang berisi penjajaran kata-kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya.
Contoh: Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah.
1. Zeugma dan Silepsis
Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain. Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahkan kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya.
Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.
Dalam silepsis kata yang dipergunakannya itu secara gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya mempunyai makna lain.
Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
1. Satire
Satire ialah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau karangan yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun terselubung.
Contoh: Jemu aku dengan bicaramu.
Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan
Sudah sepuluh tahun engkau bicara
Aku masih tak punya celana
Budak kurus pengangkut sampah
1. Inuendo
Inuendo ialah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Dia memang baik, cuma agak kurang jujur.
1. Antifrasis
Antifrasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Berbeda dengan ironi, yang berupa rangkaian kata yang mengungkapkan sindiran dengan menyatakan kebalikan dari kenyataan, sedangkan pada antifrasis hanya sebuah kata saja yang menyatakan kebalikan itu.
Contoh Antifrasis: Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si cebol).
Contoh ironi: Kami tahu bahwa kau memang orang yang jujur sehingga tak ada satu orang pun yang percaya padamu.
1. Paradoks
Paradoks ialah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati.
1. Klimaks
Klimaks ialah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa dan negara.
1. Anti klimaks
Antiklimaks ialah suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.
Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA, SLTP, dan SD.
1. Apostrof
Apostrof ialah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir.
Contoh: Wahai dewa yang agung, datanglah dan lepaskan kami dari cengkraman durjana.
1. Anastrof atau inversi
Anastrof ialah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan membalikkan susunan kata dalam kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.
Contoh: Diceraikannya istrinya tanpa setahu saudara-saudaranya.
1. Apofasis
Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang tampaknya menolak sesuatu, tetapi sebenarnya justru menegaskannya.
Contoh : Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa anakmu kurang ajar.
1. Histeron Proteran
Histeron Proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
Contoh : Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan kau alami.
1. Hipalase
Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan yang menggunakan kata untuk menerangkan suatu kata yang seharusnya lebih tepat dikarenakan kata yang lain.
Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah.
1. Sinisme
Sinisme ialah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati.
Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda hitung.
1. Sarkasme
Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas atau kasar.
Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.
4. Gaya Bahasa Pertautan
1. Metonimia
Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri.
Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot.
1. Sinekdoke
Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang sendiri.
Contoh Sinekdoke pars pro toto: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu.
Contoh Sinekdoke totem pro parte: Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Malaysia.
1. Alusio
Alusia ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu pristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui orang.
Contoh: Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di sini?
1. Eufimisme
Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa lebih kasar yang dianggap
merugikan atau yang tidak menyenangkan.
Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur.
1. Eponim
Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu
sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi Mike Tyson.
1. Antonomasia
Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan gelar resmi atau jabatan sebagai
pengganti nama diri.
Contoh: Kepala sekolah mengundang para orang tua murid.
1. Epitet
Epitet ialah gaya bahasa yang berupa keterangan yang menyatakan sesuatu sifat atau ciri yang khas dari
seseorang atau suatu hal.
Contoh: Putri malam menyambut kedatangan remaja yang sedang mabuk asmara.
1. Erotesis
Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak menuntut jawaban sama sekali.
Contoh: Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan?
1. Paralelisme
Paralelisme ialah gaya bahasa yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frase-frase yang
menduduki fungsi yang sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama.
Contoh: + Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas.
- Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus memberantasnya (Ini contoh yang tidak baik).
1. Elipsis
Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa
unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.
Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).
Pulangnya membawa oleh-oleh banyak sekali (Penghilangan subyek).
Saya sekarang sudah mengerti ( Penghilangan obyek).
Saya akan berangkat (penghilangan unsur Keterangan).
Mari makan!(penghilangan subyek dan obyek).
1. Gradasi
Gradasi ialah gaya bahasa yang mengandung beberapa kata (sedikitnya tiga kata) yang diulang dalam konstruksi itu.
Contoh: Kita harus membangun, membangun jasmani dan rohani, rohani yang kuat dan tangguh, dengan ketangguhan itu kita maju.
1. Asindeton
Asindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.
1. Polisindeton
Polisindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau sebuah konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.

REFERENSI
WWW.GOOGLE.COM

TEKHNIK PIDATO


Pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain(audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk/mempengaruhi. Berpidato ada hubungannya dengan retorika(rhetorica), yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif. Berpidato bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar, tujuan dan isi pidato, persiapan, terknik dan etika dalam berpidato.
I. Tujuan Pidato
Diantara tujuan dari pidato, yaitu: (a)informatif, bertujuan memberikan laporan/ pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk pendengar; (b)persuasif and instruktif, berisi tentang usaha untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak audience untuk melakukan sesuatu hal; (c)edukatif, berupaya menekankan pada aspek-aspek pendidikan, misalnya tentang pentingnya hidup sehat, ber KB, hidup rukun antar umat bergama dan lain-lain; (d)entertain, bertujuan memberikan penyegaran kepada audience yang sifatnya lebih santai.
II.Teknik Berpidato
Ada empat teknik berpidato yang umum, yaitu:(a)Metode Naskah, yaitu pidato yang digunakan untuk pidato resmi dan dibacakan secara langsung. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi resmi, akan disebarluaskan dan dijadikan figur oleh masyarakat dan dikutuip oleh media massa; (b)Metode Menghafal, yaitu naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya bukan untuk dibaca, melainkan untuk dihafal; (c) Metode Spontanitas, yaitu metode pidato yang tidak dilakukan persiapan/pembuatan naskah tertulis terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil secara mendadak; (d) Metode Penjabaran Kerangka. Teknik berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara lengkap adalah teknik yang sangat dianjurkan dalam berpidato. Maksud dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus disiapkan garis-grais besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk disampaikan.
III. Materi Pidato
Biasanya materi pidato, baik yang menggunakan naskah maupun tanpa naskah memiliki empat bagian, yaitu (a)Pendahuluan, yang berfungsi untuk mengantar ke arah pokok persoalan yang akan dibahas dan sebagai upaya menyiapkan mental audience. Pada bagian ini yang terpenting kita berusaha membangkitkan dan mengarahkan perhatian audience pada pokok permasalahan yang akan dibicarakan; (b)Isi. Pada bagian ini pokok pembahasan ditampilkan dengan terlebih dahulu mengemukakan latar belakang permasalahannya. Pokok pembicaraan dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan kepentingan para audience. (c) Pembahasan. Bagian inimerupakan kesatuan, yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi. Pada bagian isi ini biasanya berisi berbagai hal tentang penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung, ilustrasi, angka-angka dan perbandingan, kontras-kontras, bagan-bagan, model, dan humor yang relevan;(d)Kesimpulan. Ini adalah bagian akhir dari sebuah pidato, yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan uraian sebelumnya.
IV.Persiapan Sebelum Berpidato.
Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum berpidato antara lain: (a)Menentukan Tujuan Pidato; (b) Memilih Pokok Persoalan; (c)Mengetahui dan Menganalisa audience dan suasananya; (d)Mengumpulkan materi pidato; (e)Menyusun Kerangka Materi Pidato;(f)Melakukan Latihan Pidato; (g)Menghilangkan Perasaan “Demam” Panggung yaitu dengan cara: memfokuskan pikiran pada diri sendiri, percaya diri(PD), menganggap audience tidak tahu tentang apa yang kita bicarakan, memperdalam materi dengan baik, mempersiapkan konsep pidato beberapa hari sebelumnya, membaca berulang-ulang materi pidato, mempersiapkan diri beberapa jam sebelum tampil dan jangan tergesa-gesa, serta istirahat yang cukup. Terakhir sudah tentu adalah dengan berdoa.
V. Saat Berpidato
(1)Pembukaan. Pembukaan pidato merupakan bagian penting dan meainkan peranan bagi pembicara, karena bagian ini dapat memeberikan kesan pertama bagi para audience.. Ada beberapa cara yang dapat digunakan seorang pembicara untuk membuka pidatonya: (a)dengan memperkenalkan diri; atau (b) Membuka pidato dengan humor; atau (d) membuka pidato dengan pendahuluan secara umum.
(2)Inti Pidato. Setelah selesai melakukan pembukaan dengan salah satu cara di atas, maka langsung dilanjutkan dengan menyajikan pokok permasalahannya.
(3) Penutup Pidato bisa dilakukan dengan: (a)Membuat rangkuman atau simpulan; atau(b)menyatakan kembali prinsip-prinsip yang terkandung dalam pidato; atau (c)menceritakan cerita singkat yang menarik; atau (d)mengutip kata-kata mutiara, ungkapan, atau beberapa bait pantun; atau (e)mengajak atau menghimbau dan mengemukakan sebuah pujian buat para pendengar
VI.Etika Dalam Berpidato
1 Etika berpidato di depan umum meliputi:(a)Mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, rapi, bersih dan sopan; (b)Tampil dengan bersahaja, sopan dan rendah hati; (c)Menyisipkan beberapa humor segar dalam pidato; (d)Gunakan kata-kata yang sopan, halus, dan sederhana;(e)Sebagai kata penutup jangan lupa mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan lain-lain.
2. Etika berpidato di depan pejabat: (a)Menghilangkan rasa rendah diri; (b)Jangan tampil seolah-olah menggurui, sikap lebih tahu dan lain-lain; (c)Jangan terlalu memberikan penghormatan yang berlebihan pada audience.
3. Berpidato di depan Pemuka Agama:(a)Jangan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung umat beragama; (b)Jangan ada nada merendahkan atau memuji agama tertentu;(c) Perbanyak istilah-istilah keagamaan
4. Etika Berpidato di depan para wanita. Bila pembicara seorang laki-laki, hati-hati jangan sampai menyinggung harkat dan martabat wanita; menggunakan istilah-istilah yang tepat seperti ibu-ibu atau saudari sekalian; hindari kata-kata kasar, kurang senonoh dan kurang sopan;
5. Etika Berpidato di depan Pemuda/Mahasiswa. Pidato harus mengutamakan penalaran yang berikaitan dengan dunia anak-anak muda; Jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menentang; Jangan mengkritik dan menyalahkan anak-anak muda
6. Etika Berpidato di depan masyarakat Desa. Jangan berbohong; Gunakan kata-kata yang sopan dan sederhana, kapan perlu sisipkan beberapa istilah dalam bahasa stempat.
VII.Beberapa hal penting berkaitan dengan berpidato. Yang perlu mendapat perhatian adalah:(a)Posisi Berbicara. Seorang pembicara harus sedapat mungkin dilihat oleh semua audience. Kalau boleh tidak duduk, usahakan untuk berdiri, agar semua audience dapat menatap wajah dan penampilan pembicara; (b)Mengatur Suara Dalam Berpidato. Usahakan mengeluarkan suara dengan jelas, tegas, dan nyaring dan sesuaikan dengan ruang pertemuan, apakah ruang kecil atau ruang aula yang luas dan besar; (c)Volume, Intonasi dan Pelafalan. Pada saat berpidato, usaha mengatur: volume suara, intonasi, dan pelafalan; (d)Sisipkan humor yang sopan, segar dan relevan; (e)Gerak Tubuh, seperti tangan, telapak tangan, jari, kepala, raut muka, dan lain-lain juga mendukung daya tarik dalam berpidato, namun jangan terlalu berlebihan, dan harus sesuai dengan apa yang sedang dibacarakan; (f)Penggunaan mikropon. Bila ada mikropon, gunakanlah dengan sebaik-baiknya, dan jangan menempel di mulut, namun agak jauh dari mulut pada saat berbicara agar suaranya bagus; dan (g)Bila ada slide( berPidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain(audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk/mempengaruhi. Berpidato ada hubungannya dengan retorika(rhetorica), yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif. Berpidato bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar, tujuan dan isi pidato, persiapan, terknik dan etika dalam berpidato.
I. Tujuan Pidato
Diantara tujuan dari pidato, yaitu: (a)informatif, bertujuan memberikan laporan/ pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk pendengar; (b)persuasif and instruktif, berisi tentang usaha untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak audience untuk melakukan sesuatu hal; (c)edukatif, berupaya menekankan pada aspek-aspek pendidikan, misalnya tentang pentingnya hidup sehat, ber KB, hidup rukun antar umat bergama dan lain-lain; (d)entertain, bertujuan memberikan penyegaran kepada audience yang sifatnya lebih santai.
II.Teknik Berpidato
Ada empat teknik berpidato yang umum, yaitu:(a)Metode Naskah, yaitu pidato yang digunakan untuk pidato resmi dan dibacakan secara langsung. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi resmi, akan disebarluaskan dan dijadikan figur oleh masyarakat dan dikutuip oleh media massa; (b)Metode Menghafal, yaitu naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya bukan untuk dibaca, melainkan untuk dihafal; (c) Metode Spontanitas, yaitu metode pidato yang tidak dilakukan persiapan/pembuatan naskah tertulis terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil secara mendadak; (d) Metode Penjabaran Kerangka. Teknik berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara lengkap adalah teknik yang sangat dianjurkan dalam berpidato. Maksud dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus disiapkan garis-grais besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk disampaikan.
III. Materi Pidato
Biasanya materi pidato, baik yang menggunakan naskah maupun tanpa naskah memiliki empat bagian, yaitu (a)Pendahuluan, yang berfungsi untuk mengantar ke arah pokok persoalan yang akan dibahas dan sebagai upaya menyiapkan mental audience. Pada bagian ini yang terpenting kita berusaha membangkitkan dan mengarahkan perhatian audience pada pokok permasalahan yang akan dibicarakan; (b)Isi. Pada bagian ini pokok pembahasan ditampilkan dengan terlebih dahulu mengemukakan latar belakang permasalahannya. Pokok pembicaraan dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan kepentingan para audience. (c) Pembahasan. Bagian inimerupakan kesatuan, yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi. Pada bagian isi ini biasanya berisi berbagai hal tentang penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung, ilustrasi, angka-angka dan perbandingan, kontras-kontras, bagan-bagan, model, dan humor yang relevan;(d)Kesimpulan. Ini adalah bagian akhir dari sebuah pidato, yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan uraian sebelumnya.
IV.Persiapan Sebelum Berpidato.
Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum berpidato antara lain: (a)Menentukan Tujuan Pidato; (b) Memilih Pokok Persoalan; (c)Mengetahui dan Menganalisa audience dan suasananya; (d)Mengumpulkan materi pidato; (e)Menyusun Kerangka Materi Pidato;(f)Melakukan Latihan Pidato; (g)Menghilangkan Perasaan “Demam” Panggung yaitu dengan cara: memfokuskan pikiran pada diri sendiri, percaya diri(PD), menganggap audience tidak tahu tentang apa yang kita bicarakan, memperdalam materi dengan baik, mempersiapkan konsep pidato beberapa hari sebelumnya, membaca berulang-ulang materi pidato, mempersiapkan diri beberapa jam sebelum tampil dan jangan tergesa-gesa, serta istirahat yang cukup. Terakhir sudah tentu adalah dengan berdoa.
V. Saat Berpidato
(1)Pembukaan. Pembukaan pidato merupakan bagian penting dan meainkan peranan bagi pembicara, karena bagian ini dapat memeberikan kesan pertama bagi para audience.. Ada beberapa cara yang dapat digunakan seorang pembicara untuk membuka pidatonya: (a)dengan memperkenalkan diri; atau (b) Membuka pidato dengan humor; atau (d) membuka pidato dengan pendahuluan secara umum.
(2)Inti Pidato. Setelah selesai melakukan pembukaan dengan salah satu cara di atas, maka langsung dilanjutkan dengan menyajikan pokok permasalahannya.
(3) Penutup Pidato bisa dilakukan dengan: (a)Membuat rangkuman atau simpulan; atau(b)menyatakan kembali prinsip-prinsip yang terkandung dalam pidato; atau (c)menceritakan cerita singkat yang menarik; atau (d)mengutip kata-kata mutiara, ungkapan, atau beberapa bait pantun; atau (e)mengajak atau menghimbau dan mengemukakan sebuah pujian buat para pendengar
VI.Etika Dalam Berpidato
1 Etika berpidato di depan umum meliputi:(a)Mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, rapi, bersih dan sopan; (b)Tampil dengan bersahaja, sopan dan rendah hati; (c)Menyisipkan beberapa humor segar dalam pidato; (d)Gunakan kata-kata yang sopan, halus, dan sederhana;(e)Sebagai kata penutup jangan lupa mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan lain-lain.
2. Etika berpidato di depan pejabat: (a)Menghilangkan rasa rendah diri; (b)Jangan tampil seolah-olah menggurui, sikap lebih tahu dan lain-lain; (c)Jangan terlalu memberikan penghormatan yang berlebihan pada audience.
3. Berpidato di depan Pemuka Agama:(a)Jangan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung umat beragama; (b)Jangan ada nada merendahkan atau memuji agama tertentu;(c) Perbanyak istilah-istilah keagamaan
4. Etika Berpidato di depan para wanita. Bila pembicara seorang laki-laki, hati-hati jangan sampai menyinggung harkat dan martabat wanita; menggunakan istilah-istilah yang tepat seperti ibu-ibu atau saudari sekalian; hindari kata-kata kasar, kurang senonoh dan kurang sopan;
5. Etika Berpidato di depan Pemuda/Mahasiswa. Pidato harus mengutamakan penalaran yang berikaitan dengan dunia anak-anak muda; Jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menentang; Jangan mengkritik dan menyalahkan anak-anak muda
6. Etika Berpidato di depan masyarakat Desa. Jangan berbohong; Gunakan kata-kata yang sopan dan sederhana, kapan perlu sisipkan beberapa istilah dalam bahasa stempat.
VII.Beberapa hal penting berkaitan dengan berpidato. Yang perlu mendapat perhatian adalah:(a)Posisi Berbicara. Seorang pembicara harus sedapat mungkin dilihat oleh semua audience. Kalau boleh tidak duduk, usahakan untuk berdiri, agar semua audience dapat menatap wajah dan penampilan pembicara; (b)Mengatur Suara Dalam Berpidato. Usahakan mengeluarkan suara dengan jelas, tegas, dan nyaring dan sesuaikan dengan ruang pertemuan, apakah ruang kecil atau ruang aula yang luas dan besar; (c)Volume, Intonasi dan Pelafalan. Pada saat berpidato, usaha mengatur: volume suara, intonasi, dan pelafalan; (d)Sisipkan humor yang sopan, segar dan relevan; (e)Gerak Tubuh, seperti tangan, telapak tangan, jari, kepala, raut muka, dan lain-lain juga mendukung daya tarik dalam berpidato, namun jangan terlalu berlebihan, dan harus sesuai dengan apa yang sedang dibacarakan; (f)Penggunaan mikropon. Bila ada mikropon, gunakanlah dengan sebaik-baiknya, dan jangan menempel di mulut, namun agak jauh dari mulut pada saat berbicara agar suaranya bagus; dan (g)Bila ada slide( berupa OHP dan LCD), alat peraga, papan tulis, sangat efektif untuk menunjang kegiatan saat berpidato.
Pada saat kita membaca sebuah buku atau mendengar ceramah tentang teknik berpidato, tampaknya sangat sederhana. Akan tetapi pada saat kita ingin mempraktekkannya, kita akan menemui berbagai kendala. Diantaranya kurang menguasai materi, kurang menguasai massa, tidak terbiasa berdiri di depan orang banyak, bagaimana mengatur sistematika pembicaraan, mengatur suara, dan lain-lain. Semua syarat ini akan membuat suasana menjadi rumit. Yang paling penting kita belajar dari sausana yang sederhana dan kecil. Setiap ada orang berpidato, baik sebagai pemakalah maupun menyampaikan kata sambutan, sebaiknya kita perhatikan dan mencoba menilai kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya kita ambil sebagai contoh, sedangkan kelemahannya kita abaikan.upa OHP dan LCD), alat peraga, papan tulis, sangat efektif untuk menunjang kegiatan saat berpidato.
VIII. Penutup
Pada saat kita membaca sebuah buku atau mendengar ceramah tentang teknik berpidato, tampaknya sangat sederhana. Akan tetapi pada saat kita ingin mempraktekkannya, kita akan menemui berbagai kendala. Diantaranya kurang menguasai materi, kurang menguasai massa, tidak terbiasa berdiri di depan orang banyak, bagaimana mengatur sistematika pembicaraan, mengatur suara, dan lain-lain. Semua syarat ini akan membuat suasana menjadi rumit. Yang paling penting kita belajar dari sausana yang sederhana dan kecil. Setiap ada orang berpidato, baik sebagai pemakalah maupun menyampaikan kata sambutan, sebaiknya kita perhatikan dan mencoba menilai kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya kita ambil sebagai contoh, sedangkan kelemahannya kita abaikan.

Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah

Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah:
  1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara diangsur.
  2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsipbagi hasil antara bank dan nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian besar modal pada suatu usaha yang disepakati.
  3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank bertindak sebagai pengelola keuangan (mudharib) yang akan menginvestasikan dana ke sektor -sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak Bank sebelumnya melakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
  4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha antara Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing.
  5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang/jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.


BANK PERKREDITAN RAKYAT

MENGENAL BANK PERKREDITAN
RAKYAT (BPR)
BPR Terdepan Dalam Melayani Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah
Apakah BPR?
Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat
dengan BPR adalah salah satu jenis bank yang
dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil
dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya
dekat dengan tempat masyarakat yang
membutuhkan.
Sejak kapan BPR dikenal masyarakat?
BPR sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan
yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, bank
Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank
Pasar.
Apakah BPR merupakan lembaga perbankan
resmi?
BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang
diatur berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun
1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998.
Dalam undang-undang tersebut secara jelas
disebutkan bawah ada dua jenis bank, yaitu Bank
Umum dan BPR.
Apa fungsi BPR?
Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit
kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah,
tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat.
Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat
menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat
Jumlah, Tepat Sasaran, karena proses kreditnya
yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan
sangat mengerti akan kebutuhan Nasabah.
Apa jenis layanan yang diberikan BPR?
• Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk
lain yang dipersamakan dengan itu.
• Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal
Kerja, Kredit Investasi, maupun Kredit
Konsumsi.
Apakah BPR dapat membuka kantor cabang?
Melalui Peraturan Bank Indonesia, BPR diberi
kesempatan untuk mempercepat pengembangan
jaringan kantor dengan membuka Kantor Cabang
dan Kantor Kas, sehingga ini akan semakin
memperluas jangkauan BPR dalam menyediakan
layanan keuangan kepada para pengusaha mikro,
kecil dan menengah.
Amankah menyimpan uang di BPR?
Menyimpan uang di BPR aman, karena dijamin oleh
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang berlaku, sehingga
tidak ada salahnya jika kita menabung dan atau
mendepositokan uang di BPR.